11 Tahun Hari Noken Sedunia, Taman Wokimanor dihiasi Noken Rajutan Mama-Mama
Untuk peringati hari Noken Sedunia, Taman Wokimanor yang dikelolah oleh sejumlah anak muda asal Papua itu terlihat sangat ramai sejak sore. Taman ini berlokasi di Jl. Trikora, Morgo, Distrik Nabire, berada tepat di ujung selatan Pantai Nabire. Selain dekat dengan pantai, yang jaraknya cukup dekat, tidak sampai 100 meter, juga taman ini dibikin untuk orang bersatai sambil menikmati Indahnya pantai, juga konsepnya untuk orang berdiskusi. Tak lupa para pengunjung juga selalu dimanjakan dengan beraneka kuliner yang dikelolah oleh anak-anak muda. Setiap stan kuliner berderet di sepanjang Barat hingga membentuk huruf L di ujung utara taman.
Sore itu, dibawa atap langit yang begitu cerah, beberapa anak muda tampak sibuk membikin sejumlah poster yang tertulis “selamat hari Noken Sedunia”, ada juga poster tertulis “Papua Bukan Tanah Kosong”, “Stop Kekerasan Terhadap Perempuan,” dst. Sementara sejumlah anak muda lainnya terlihat sedang memasang tali rafiah mengelilingi separuh taman. Dua orang lainnya sibuk memasang spanduk yang bertuliskan “Noken Di Erah Moderenisasi” di belakang Panggung. Kemudian dua buah kursi berada di panggung yang nantinya pembicara dan moderator akan duduk pantik diskusi.
Kemudian, disaat itu juga, sejumlah mama-mama berdatangan dengan membawa noken hasil rajutan untuk dipajang berderet di sepanjang tali rafiah, tadi. Mama-mama pejual noken itu tentu memamerkan hasil karya mereka dalam berbagai bentuk. Tidak hanya noken, ada juga topi, baju, berbentuk tas ransel, dengan berbagai motif tentunya. Pajangan noken kali ini didominasi oleh noken yang terbuat dari kulit kayu.
Pukul 6 sore.
Seorang perempuan bertubuh mungil, dengan mengepal rambut menjadi dua belahan, tampak lebih natural kencantikannya dengan mengenakan baju yang terbuat dari kulit kayu, dengan moge (pakaian adat perempuan) berukuran paha yang memperlihatkan betis hitam kecolekatannya itu, segera beridiri panggung dan mengumumkan bahwa acara peringatan noken sedunia yang ke 11 tahun segera dimulai.
Para undangan dan peserta diskusi duduk dengan rapi di sepanjang tempat duduk di bagian depan. Lalu Para pengunjung taman juga nampak memehuni taman di deretan belakang. Perempuan asal Paniai peranakan Jayapura itu mengajak para peserta untuk menyanyikan lagu “Disana Pulauku” cipta Yance Rumbino, lelaki asal Nabire. Tentu suara yang tak kala dari kecantikannya, itu mengundang para pengunjung segera merapat dan menyanyikan lagu tersebut dengan penuh bangga.
Acara yang bertajuk “Noken Di Era Moderenisasi” yang di inisiasi secara kolektif oleh kelompok yang menamai mereka Solidaritas Perempuan Bersatu itu dibuka dengan diskusi yang menghadirkan Mama Herlina Kotouki sebagai pembicara. Yang ditemani oleh perempuan asal Dogiai, Wartawan muda di Nabire, Theresia Tekege sebagai moderator. Mereka duduk saling menyilang menghadap ke para peserta sambal saling bertanya jawab.
“Noken itu Mama. Manfaatnya banyak. Tentunya untuk kehidupan” terang Ibu Kotouki yang sudah terjun di dunia merajut dan menjual noken bersama mama-mama lainnya sejak menyelesaikan studi Diplomanya di tahun 2017. Mama Kotouki juga menjelaskan bahwa dengan hasil dari jualan noken Ia menyelesaikan Studi Sarjananya di Sekolah Tinggi Teologi Arastamar pada 2022 dengan memperoleh gelar S.Pd. Saat ini, selain merajut dan berjualan, Ia juga aktif mengajar. Ia juga turut membiayai, seorang pilot, adik perempuannya hingga selesai. Semua itu, menurutnya, hasil dari jualan noken.
“Adik-adik perempuan yang ada di tempat ini, jangan pernah malu untuk memulai. Tentu ada hambatan, kesulitan, tetapi kalau kita punya motifasinya untuk berkarya, itu kita akan menikmati prosesnya. Jadi kalau teman-teman mau memulai, jangan menjadikan Uang sebagai motifasi. Itu nanti cepat bosan kalau tidak mendapatkan hasil yang tidak sesuai,” ajak perempuan asal Dogiai itu seraya menerangkan betapa suka dukanya di saat awal memulai karir di dunia ini.
Mewakili mama-mama penjual noken, Ia menyampaikan keluhan-keluhannya, diantaranya: kebutuhan pasar yang layak, juga membutuhkan materi atau ilmu tentang menajemen pemasaran dan menajeman keuangan.
“Kami punya keinginan untuk bersaing, bahkan sampai go internasional. Maka dorong lah kami, berikan ilmu, tunjukan jalan. Dengan begitu mama-mama akan tiba di Pasar Internasional dibawa panji Noken itu Mama.” Tegas salah satu pendiri Koperasi Yagamoudo Agiya Papua (Perempuan Noken Papua) itu.
Pernyataan itu tentu memukai para peserta. Keberanian dan jiwa petarungnya disambut oleh tepuk tangan yang terdengar riuh seketika. Sementara teriakan “Sa Papua, Noken Sa punya” juga terdengar di sela-sela tepuk tangan yang tak henti-henti itu.
Dengan semangat yang berapi-api, Mama Kotouki yang ketuai Koperasi Yagamougo Agiya Papua itu menegaskan kembali bahwa sepanjang orang Papua tidak tidak merajut noken dan tidak go internasional, sepanjang itu pula Dunia akan melihat orang Papua di kulit hitamnya saja. “Itu saja. Tidak lebih.’’ Pernyataan itu mengakhiri sesi diskusinya seraya pamit undur diri dari kursi pembicara.
Selanjutnya acara ini ditutup dengan pembacaan puisi oleh para peserta, dan terkahir ditutup oleh nyanyian dari artis cilik asal Nabire, Abraham Yeimo. (Jheck Wallo).